(Pikiran Kaum Muda)
By : Didik Zulfahmi Akbar
Kemajuan zaman kini
telah menggusur struktur sosial. Perbedaan yang mencolok pun semakin terlihat
antara si kaya dan si miskin. Orang kaya semakin terlihat kekayaannya dan orang
miskin semakin terlihat miskin. Begitu mudah orang kaya mendapatkan segala
keinginannya dengan cepat. Berbeda dengan si miskin, mereka hanya ada rasa
ingin tapi tidak memiliki sesuatu yang diinginkan. Mereka hanya bersabar dan
menahan diri karena keadaannya. (Ini dari segi ekonomi)
Kini perbedaan struktur
sosial yang disebabkan faktor ekonomi sudah menyebabkan tingkat kesadaran
sosial seorang manusia menjadi menurun. Banyak orang kaya yang tidak mau
bergaul dengan orang miskin. Untuk diajak hidup bersama sudah susah. Orang
miskin yang memiliki kesadaran sosial yang tinggi justru malah dijauhi oleh
orang kaya. Mungkin karena faktor gengsi. Akhirnya orang miskin pun hanya
bergaul dengan sesamanya. Kini perbedaan sosial tersebut semakin terlihat
nyata. Bukan hanya di kota-kota besar saja, bahkan di desa-desa pun ada
kejadian seperti itu. Walaupun semuanya tidak seperti itu. Saya juga mengakui
bahwa masih banyak orang kaya yang memiliki sifat sosial yang mengutamakan asas
bahwa manusia itu “Sama rasa, sama rata”. Tapi yang memiliki kesadaran sosial
rendah juga banyak. Orang kaya biasanya sibuk dengan pekerjaannya. Untuk berangkat
kumpulan RT saja tidak hadir, untuk pergi takziah ke tetangga aja mereka tidak
hadir juga, kerja bakti desa juga absen, pengajian di desa juga tidak keliatan.
Kapan mau bergaul dengan masyarakat???
Kasus sosial yang
lainnya juga sudah melanda kaum muda
sekarang. Ya, terutama anak muda yang keturunan orang kaya. Misalnya anak muda
yang punya uang banyak bergaulnya juga sesama orang kaya. Yang mau bergaul
dengan berbeda kasta sudah jarang kita jumpai. Jika tidak bergaul, mereka lebih
memilih diam saja di rumah. Karena apa? di rumah sudah ada TV, Internet, HP,
Android, Blackberry, dll. Kalau tidak ya keluar ke bioskop atau tempat-tempat
hiburan. Mereka sudah merasa punya teman. Tapi jangan salah, itu hanya teman di
dunia maya. Teman di mana ia tinggal justru malah tidak kenal. Karena kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat.
Berbeda dengan orang yang tidak punya, mereka temannya banyak. Karena tidak
mungkin orang miskin hanya diam saja di rumah. Pasti mereka keluar mencari
keseruan dengan temannya. Mau main Laptop di rumah tidak punya, main komputer
apalagi, main game online juga tidak mungkin. Sungguh berbeda jauh bukan??
Anak kaya biasanya
kebih mementingkan egoisnya. Misalnya diajak bermain bersama teman desa saja
tidak mau. Menghadiri rapat pemuda juga tidak hadir, kegiatan rutin bersama
pemuda juga tidak ikut, jikalau datang malah terlambat. Alasannya ada
kepentingan pribadi. Untuk diajak bareng-bareng dan bersatu saja sudah susah. Aneh
bukan? Tapi ini nyata terjadi di sebagian wilayah di negeri ini. Tidak menyangkal
pula jika orang pas-pasan juga susah untuk bersosialisasi. Mungkin mereka tidak
suka campur dengan orang lain. Atau tidak ingin bergaul dengan teman di mana ia
tinggal. Menurut saya, faktor utama yang membuat seperti itu adalah tingkat
egoisitas seseorang dan kesadaran sosialnya yang kurang. Hal ini dipengaruhi
oleh latar belakang ekonomi seseorang. Faktor yang lain juga kurangnya
pendidikan sosial yang diberikan orang tua kepada anaknya.
Di akhir tulisan,
saya mengajak kepada manusia Indonesia untuk menghapus bencana sosial ini. Mari
semuanya kita ajak berteman, yang kaya, yang miskin, yang sakit, yang lemah,
yang hitam, yang putih, yang cantik/ganteng, yang jelek, semuanya kita ajak
berteman. Asalkan jangan berteman dalam rangka kejahatan. Mari anak muda
Indonesia, kita ciptakan Indonesia menjadi negeri yang memiliki sosial tinggi. Hilangkan
sifat egois dan mari bersatu!!! Jangan sampai kita meniru pendahulu kita. Kita harus
lebih baik dari mereka. Jagalah amanat para pahlawan kita. Indonesia adalah
warisan para pahlawan kita.